Minggu, 16 Juni 2013

Peran Nusantara Dalam Hubungan Dagang Internasional Abad 14

Nusantara merupakan negeri kepulauan (Archipelago). Kesuburan tanah dan sumber kekayaan alamnya pada setiap pulau amat bervariasi sehingga terdapat barang komoditas yang berbeda. Kekayaan alam itu diolah dan dimanfaatkan penduduk dengan tingkat kemampuan yang berbeda. Mereka saling membutuhkan barang yang tidak ada di tempatnya. Hal inilah yang menyebabkan timbulnya hubungan perdagangan antarpulau dan antarwilayah di Nusantara.

Hubungan perdagangan antarpulau di Indonesia telah berlangsung berabad-abad, terutama pada masa kerajaan-kerajaan Islam Nusantara. Salah satu factor yang menunjang kegiatan itu adalah pengetahuan mereka tentang angin. Dengan memanfaatkan pengetahuan tersebut, di sekitar bulan September-Oktober kapal-kapal yang berada di sebelah timur akan berlayar ke sebelah barat. Sebaliknya, pada sekitar bulan Maret-April kapal-kapal berlayar dari barat ke arah timur. Hal ini disebabkan kondisi geografis Kepulauan Nusantara yang memiliki iklim muson, yakni iklim yang ditandai pergantian arah angin selama enam bulan sekali.

Pelaut-pelaut Nusantara juga telah mengetahui beberapa rasi bintang. Ketika berlayar pada siang hari, mereka mencari pedoman arah pada pulau-pulau, gunung-gunung, tanjung-tanjung, atau letak kedudukan matahari di langit. Pada malam hari mereka memanfaatkan rasi bintang di langit yang cerah sebagai pedoman arahnya. Para pelaut mengetahui bahwa rasi bintang pari berguna sebagai pedoman mencari arah selatan dan rasi bintang biduk besar menjadi pedoman untuk menentukan arah utara. Hubungan perdagangan antarpulau di Indonesia sebelum tahun 1500 berpusat di beberapa wilayah, antara lain Samudera Pasai, Sriwijaya, Melayu, Pajajaran, Majapahit, Gowa-Tallo, Ternate, dan Tidore.

Kemajuan perdagangan dan pelayaran antarpulau juga ditunjang dengan pengetahuan tentang pembuatan kapal. Berdasarkan teknik pembuatannya, dikenal dua jenis perahu, yaitu perahu lesung dan perahu papan. Perahu Lesung adalah perahu yang dibuat dari batang pohon besar yang dikeruk bagian tengahnya hingga berbentuk seperti lesung. Perahu Papan adalah perahu yang dibuat dari beberapa buah batang papan yang disambung dengan pena kayu atau baut, sekrup, dan paku baja.

Perahu Lesung ada yang bercadik dan tidak bercadik. Cadik adalah bamboo atau kayu yang dipasang di kiri kanan perahu serupa sayap sebagai alat pengatur keseimbangan agar tidak mudah terbalik. Perahu lesung dijalankan dengan tenaga manusia dan dorongan angin. Perahu yang menggunakan tenaga angina mempunyai tiang satu atau lebih untuk memasang layarnya. Perahu papan memiliki bentuk dan ukuran yang beragam. Semakin tinggi pengetahuan pembuat kapal, semakin baik dan indah perahunya. Jenis perahu ini sangat tepat digunakan sebagai alat hubungan lalu lintas perdagangan antarpulau. Jenis kapal ini memiliki daya muat yang baik untuk membawa barang dalam jumlah yang besar.

Dengan berbekal pengetahuan angina, navigasi, dan teknologi perkapalan, para pedagang dan pusat-pusat perdagangan Nusantara tidak saja menjalin hubungan atarpulau di negeri sendiri, tetapi juga hubungan antarbangsa, terutama dengan bandar-bandar di kawasan Asia Tenggara. Para pedagang Nusantara, baik dari Jawa, Sumatera, Sulawesi, Maluku, maupun pulau-pulau lain telah berjasil menjalin hubungan dagang bandar-bandar, seperti Malaka dan Johor di Semenanjung Malaka; Pattani, dan Kra di Thailand; Pegu di Myanmar (Birma); Campa di Kamboja; Manila di Filipina; Brunei dan bandar-bandar lain.

Di antara abad ke-7 sampai 15 di kawasan Nusantara telah muncul beberapa pusat perdagangan. Pusat-pusat perdagangan Nusantara saling dikunjungi para pedagang asing, terutama Cina, India, dan negeri-negeri di kawasan Asia Tenggara. Munculnya pusat-pusat perdagangan Nusantara disebabkan adanya kemampuan sebagai tempat berikut ini.

1.Pemberi bekal untuk berlayar dari suatu tempat ke tempat lain.
2.Pemberi tempat istirahat bagi kapal-kapal yang singgah di Nusantara.
3.Pengumpul barang komoditas yang diperlukan bangsa lain.
4.Penyedia tempat pemasaran bagi barang-barang asing yang siap disebarkan keseluruh Nusantara.

Hubungan di antara pusat-pusat perdagangan Nusantara dan Asia Tenggara ternyata telah berjalan aktif semenjak zaman prasejarah. Berdasarkan penelitian F. Heger diketahui telah ada aktivitas perdagangan atau tukar menukar jenis nekara perunggu.

Tipe-tipe nekara perunggu yang ditemukan di Nusantara memperlihatkan jenis barang yang dibuat bangsa sendiri dan bangsaa asing, misalnya nekara dari Bascon-Hoabinh di Vietnam. Penemuan benda-benda bersejarah itu menandai telah ada hubungan dagang dan budaya di antara semua negeri di kawasan Asia Tenggara.

Sejak abad ke-7 Kerajaan Sriwijaya mulai berusaha mengembangkan hubungan perdagangan dan pelayaran dengan negeri asing. Pada abad ke-9 kerajaan ini mampu menjadi salah satu pusat perdagangan di Asia Tenggara yang dapat menjalin hubungan dengan Malaka, Pattani, dan negeri-negeri lain di Asia Tenggara. Sriwijaya yang terletak di antara jalur lalu lintas perdagangan India-Cina sering dikunjungi oleh para pedagang dari Persia, Arab, Cina, dan negeri-negeri Asia Tenggara, seperti Campa, Siam, dan Birma. Kedatangan mereka ke Sriwijaya karena di negeri itu banyak barang-barang dagangan yang dibutuhka, diantaranya kapur barus, mutiara, kayu, rempah-rempah, gading, perak, emas, gula, dan sebagainya. Kemajuan bandar dagang Sriwijaya didukung pula oleh kemampuan melindungi kapal-kapal dagang yang berlabuh.

Peranan Sriwijaya sebagai salah satu pusat perdagangan dan pelayaran di Asia Tenggara umumnya dan Nusantara khususnya, kemudian digantikan oleh Kesultanan Samudera Pasai sejak abad ke-13. Sebagai pusat perdagangan yang baru, Samudera Pasai menjalin hubungan dengan Cina, Gujarat, Benggala, dan beberapa pelabuhan di pantai utara Jawa. Banyak kapal yang berlayar di sekitar Selat Malaka kemudian singgah di Samudera Pasai. Dengan demikian, Samudera Pasai berperan meramaikan dan memperlancar aktivitas perdagangan di Asia Tenggara.

Bandar Tuban dan Gresik merupakan pelabuhan-pelabuhan penting Kerajaan Majapahit. Dua bandar dagang ini menjadi pelabuhan transition rempah-rempah yang berasal dari Maluku. Dari bandar-bandar dagang itu, kapal-kapal dagang Majapahit membawa rempah-rempah, beras, dan bahan makanan lain ke Malaka atau bandar-bandar penting lain. Oleh karena itu, Majapahit dapat dikatakan sebagai negeri yang berperan memasarkan rempah-rempah dari Maluku ke Malaka.

Negeri-negeri Nusantara lain yang ikut meramaikan hubungan perdagangan di Asia Tenggara, antara lain Banjar yang berhubungan dengan Brunei Darussalam, Ternate dan Tidore yang berhubungan dengan Manila di Filipina, Makassar yang memiliki pelaut-pelaut ulung berhubungan dengan Gresik dan Malaka. Akan tetapi, dari semua hubungan dagang itu, pusat-pusat perdagangan di Nusantara paling sering dan banyak berhubungan dagang dengan Bandar Malaka.

Malaka dikenal sebagai kota dagang yang banyak memamerkan barang-barang dari negeri di sebelah barat atau timur wilayahnya. Malaka muncul sebagai kota dagang utama di Asia Tenggara setelah mundurnya Kerajaan Sriwijaya dan Samudera Pasai. Semula Malaka hanya dijadikan sebagai tempat peristirahatan kapal-kapal. Namun, lambat laun Malaka berubah menjadi kota pusat perdagangan. Hal ini disebabkan letak Malaka yang sangat strategis, yaitu pintu gerbang yang menghubungkan Samudera Hindia dan Samudera Pasifik. Kemajuan Malaka akhirnya surut setelah bangsa Portugis dating. Pada tahun 1511 bangsa Portugis menaklukkan Malaka di bawah pimpinan Alfonso d’Albuquerque.

Di antara abad ke-7 sampai 15 di kawasan Nusantara telah muncul beberapa pusat perdagangan. Pusat-pusat perdagangan Nusantara saling dikunjungi para pedagang asing, terutama Cina, India, dan negeri-negeri di kawasan Asia Tenggara. Munculnya pusat-pusat perdagangan Nusantara disebabkan adanya kemampuan sebagai tempat berikut ini.

1.Pemberi bekal untuk berlayar dari suatu tempat ke tempat lain.
2.Pemberi tempat istirahat bagi kapal-kapal yang singgah di Nusantara.
3.Pengumpul barang komoditas yang diperlukan bangsa lain.
4.Penyedia tempat pemasaran bagi barang-barang asing yang siap disebarkan keseluruh Nusantara.

Pusat-pusat perdagangan Nusantara yang ramai dikunjungi bangsa asing dan para pedagang local tersebut dimiliki kerajaan-kerajaan Nusantara yang wilayahnya menjangkau pantai.

Hubungan di antara pusat-pusat perdagangan Nusantara dan Asia Tenggara ternyata telah berjalan aktif semenjak zaman prasejarah. Berdasarkan penelitian F. Heger diketahui telah ada aktivitas perdagangan atau tukar menukar jenis nekara perunggu.

Tipe-tipe nekara perunggu yang ditemukan di Nusantara memperlihatkan jenis barang yang dibuat bangsa sendiri dan bangsaa asing, misalnya nekara dari Bascon-Hoabinh di Vietnam. Penemuan benda-benda bersejarah itu menandai telah ada hubungan dagang dan budaya di antara semua negeri di kawasan Asia Tenggara.

Sejak abad ke-7 Kerajaan Sriwijaya mulai berusaha mengembangkan hubungan perdagangan dan pelayaran dengan negeri asing. Pada abad ke-9 kerajaan ini mampu menjadi salah satu pusat perdagangan di Asia Tenggara yang dapat menjalin hubungan dengan Malaka, Pattani, dan negeri-negeri lain di Asia Tenggara. Sriwijaya yang terletak di antara jalur lalu lintas perdagangan India-Cina sering dikunjungi oleh para pedagang dari Persia, Arab, Cina, dan negeri-negeri Asia Tenggara, seperti Campa, Siam, dan Birma. Kedatangan mereka ke Sriwijaya karena di negeri itu banyak barang-barang dagangan yang dibutuhka, diantaranya kapur barus, mutiara, kayu, rempah-rempah, gading, perak, emas, gula, dan sebagainya. Kemajuan bandar dagang Sriwijaya didukung pula oleh kemampuan melindungi kapal-kapal dagang yang berlabuh.

Peranan Sriwijaya sebagai salah satu pusat perdagangan dan pelayaran di Asia Tenggara umumnya dan Nusantara khususnya, kemudian digantikan oleh Kesultanan Samudera Pasai sejak abad ke-13. Sebagai pusat perdagangan yang baru, Samudera Pasai menjalin hubungan dengan Cina, Gujarat, Benggala, dan beberapa pelabuhan di pantai utara Jawa. Banyak kapal yang berlayar di sekitar Selat Malaka kemudian singgah di Samudera Pasai. Dengan demikian, Samudera Pasai berperan meramaikan dan memperlancar aktivitas perdagangan di Asia Tenggara.

Bandar Tuban dan Gresik merupakan pelabuhan-pelabuhan penting Kerajaan Majapahit. Dua bandar dagang ini menjadi pelabuhan transition rempah-rempah yang berasal dari Maluku. Dari bandar-bandar dagang itu, kapal-kapal dagang Majapahit membawa rempah-rempah, beras, dan bahan makanan lain ke Malaka atau bandar-bandar penting lain. Oleh karena itu, Majapahit dapat dikatakan sebagai negeri yang berperan memasarkan rempah-rempah dari Maluku ke Malaka.

Negeri-negeri Nusantara lain yang ikut meramaikan hubungan perdagangan di Asia Tenggara, antara lain Banjar yang berhubungan dengan Brunei Darussalam, Ternate dan Tidore yang berhubungan dengan Manila di Filipina, Makassar yang memiliki pelaut-pelaut ulung berhubungan dengan Gresik dan Malaka. Akan tetapi, dari semua hubungan dagang itu, pusat-pusat perdagangan di Nusantara paling sering dan banyak berhubungan dagang dengan Bandar Malaka.

Malaka dikenal sebagai kota dagang yang banyak memamerkan barang-barang dari negeri di sebelah barat atau timur wilayahnya. Malaka muncul sebagai kota dagang utama di Asia Tenggara setelah mundurnya Kerajaan Sriwijaya dan Samudera Pasai. Semula Malaka hanya dijadikan sebagai tempat peristirahatan kapal-kapal. Namun, lambat laun Malaka berubah menjadi kota pusat perdagangan. Hal ini disebabkan letak Malaka yang sangat strategis, yaitu pintu gerbang yang menghubungkan Samudera Hindia dan Samudera Pasifik. Kemajuan Malaka akhirnya surut setelah bangsa Portugis dating. Pada tahun 1511 bangsa Portugis menaklukkan Malaka di bawah pimpinan Alfonso d’Albuquerque.

Senin, 27 Februari 2012

SEPENGGAL CERITA TENTANG NASKAH ASLI TEKS PROKLAMASI TULISAN TANGAN SOEKARNO


Pada pposting saya kali ini saya ingin membagi sedikit cerita sejarah kepada teman-teman pembaca tentang cerita dibalik naskah proklamasi tulisan tangan soekarno. Mungkin banyak teman-teman yang  belum tahu bahwa bangsa kita hampir saja ehilangan salah satu bukti terpenting kemerdekaan bangsa Indonesia yaitu naskah asli tulisan tangan Soekarno.
Cerita bermula ketika Soekarno, Hatta dan rombongan kembali dari Rengas dengklok pada tanggal 16 agustus 1945 setelah mereka di bawa oleh para pemuda agar dapat segera mengproklamirkan kemerdekaan, sedikit cerita ketika pertemuan Soekarno Hatta dengan golongan pemuda tidak menemui titik terang tentang kapan dan bagaimana proklamasi kemerdekaan akan di laksanakan maka kembalilah mereka kejakarta.
Dijakarta upaya untuk segera memproklamirkan kemerdekaan masih terus dilakukan, sepulang Soekarno Hatta dari Rengas Dengklok para tokoh pemuda merencanakan pertemuan untuk segera merumuskan naskah proklamasi karena direncanakan keesokan hari pada tanggal 17 Agustus 1945 akan diselenggarakan proklamasi kemerdekaan Indonesia. Akhirnya pertemuan tersebut direncanaka diselenggarakan di sebuah hotel diwilayah harmoni namun karena pada waktu itu  sudah pukul sepuluh malam hotel tersebut menolak karena tidak menerima pelayanan pertemuan rapat diatas pukul 10 malam. Akhirnya  pilihan jatuh kerumah Laksamana madya Tadashi Maida seorang jendral angkatan laut jepang.
Di rumah Maida soekarno Hatta ditemani oleh Ahmad Subarjo seorang penasehat Maida berkumpul untuk merumauskan teks proklamasi, ditulis langsung oleh Soekarno dan di bantu secara lisan oleh Hatta dan subarjo. Kemudian setelah rumusan naskah disetujui dan di ketik oleh Sayuti Melik, dan ditemani oleh seorang wartawan muda bernama B. M. Diah dan beliaulah yang sangat berjasa menyelamatkan teks asli tulisan tangan Soekarno, karena setelah neskah proklamasi selesai disalin oleh Sayuti Melik, naskah Asli tulisan tangan bungkarno dibuang oleh Sayuti Melik ke tempat sampah karena dianggap tidak dibutuhkan lagi. Beruntung hal tersebut disaksikan oleh B. M. Diah dan segera menyelamatkan naskah tersebut dan menyimpannya selama lebuh dari 49 tahun, karena baru pada tanggal 29 Mei 1992 naskah tersebut baru di beriakan kepada Presiden Soeharto dan naskah yang selama lebuh dari 49 tahun dianggap hilang baru dapat dipublikasikan kembali.
B. M. Diah telah berhasil dan berjasa menyelamatkan hal penting bagi bangsa Indonesia, berkat jasa beliau kita bisa mengetahui bagaimana bentuk naskah asli Proklamasi hasil tulisan tangan Soekarno.

Rabu, 15 Februari 2012

Cerita dibalik Mobil Dinas Kepresidenan Pertama di Indonesia Yang Ternyata Adalah Mobil Curian



Bertemu lagi dengan saya di postingan saya yang ke-2, pada postingan saya yang ke-2 tidak jauh berbeda dengan posting saya yang pertama yaitu tentang sejarah, karena saya adalah orang yang menyukai sejarah, hehe.
Pada tulisan saya kali ini saya ingin sedikit membahas tentang mobil kepresidenan pertama di Indonesia. Tapi bukan untuk membahas spesifikasi mesin atau apapun yang sering dibicarakan oleh penggila otomotif. Tetapi yang ingin saya sampaikan adalah cerita unik dibalik mobil kepresidenan Pertama di Indonesia yang mungkin banyak orang yang belum tahu tentunya, dan cerita unik apakah itu. Tahukah kalian bahwa ternyata mobil dinas kepresidenan pertama di Indonesia atau mobil dinas pertama yang digunakan oleh presiden Soekarno ternyata adalah mobil curian, percaya atau tidak tapi inilah faktanya, jadi bagaimana ceritanya bahwa mobil dinas pertama Presiden Soekarno adalah mobil curian?
17 Agustus 1945 Indonesia merdeka ditandai dengan dibacakannya naskah Proklamasi oleh Soekarno. Singkat cerita akhirnya jadilah Indonesia negara yang merdeka dan diangkatnya Soekarno dan Moh. Hatta sebagai Presiden dan Wakilnya. Tetapi muncul permasalahan Soekarno yang telah m3njabat sebagai presiden Republik Indonesia ternyata belum memiliki mobil dinas. Sebagai seorang Presiden sudah seharusnya Soekarno Memiliki mobil dinas kepresidenan yang akan digunakan dalam menjalankan tugas-tugasnya sebagai seorang presiden. Dan kondisi Indonesia yang baru saja merdeka yang belum stabil ditengah-tengah tekanan Jepang yang masih belum meninggalkan Indonesia dan baying-bayang belanda yang akan datanng kembali untuk menjajah tidak memungkinkan untuk membeli sebuah mobil dinas untuk Presiden.
Seorang sekertaris Soekarno yang bernama Sudiro terbayang dengan sebuah Mobil Limousine yang cukup besar dengan merk Buick yang cukup mewah pada masa itu. Beliau pernah melihatnya melintas di jalanan Jakarta. Ternyata mobil mewah tersebut adalah milik pejabat Jepang tepatnya adalah kepala jawatan kereta api. Tentusaja pikir Sudiro mobil itu sangat layak untuk dijadikan mobil dinas Kepresidenan dan akhirnya ditemani oleh beberapa pengikut setia bung Karno berniat merampas mobil tersebut. Kebetulan Sudiro mengenal Supir mobil mewah tersebut, hal ini mempermudah rencana Sudiro. Singkat cerita Sudiro dengan beberapa orang mendatangi rumah sang Pejabat Jepang tersebut dan beruntung mobil itu sedang terparkir di halaman bersama sang supir yang sudah dikenanya. Kemudian Sudiro mendekati supir dan meminta kunci mobil tersebut dan sontak sang supir kaget karana belum tahu apa tujuan Sudiro meminta kunci mobil majikannya itu, setelah dijelaska bahwa mobil itu akan di gunakan sebagai mobil dinas Presiden Soekarno maka sang supir yang Patriotis itu segera memberikan kunci mobil tersebut dan Sudiro menyuru si supir pulang ke kampung halamannya. Dan mobil tersebut di sembunyikan dan setelah eadaan aman maka mobil tersebut diserahkan kepada presiden Soekarno.
Akhirnya mobil Buick buatan Amerika tahun 1939  menjadi mobil dinas resmi pertama presiden Soekarno. Dan mobil tersebut sekarang disimpan di Museum juang 45 yang berada di Jl menteng no 31.
Itulah sedikit cerita dibalik mobil kepresidenana pertama milik Indonesia yang ternyata adalah mobil curian, namun saya rasa itu bukanlah sebuah kesalahan karena apa salahnya kita merampas mobil milik pejabat Jepang mengingat Jepang telah menjajah Indonesia dan mengambil berbagai sumber daya yang ada di Indonesia untuk kepentingan mereka.

Senin, 13 Februari 2012

Cerita Sejarah dari Kawasan Menteng


Salam..
Sebelumya saya mau mengucapkan salam kenal kepada semua pembaca postingan pertama saya ini. Semoga postingan pertama ini mermanfaat bagi semua para pembaca.
Dalam posting pertama saya, saya ingin membagi beberapa pengalaman yang menurut saya menarik, minggu tanggal 12 februari 2012 kemarin saya bersama dengan kawan-kawan Komunitas Historia Indonesia(KHI) mengunjungi taman kota pertama di Indonesia yaitu kawasan Menteng. Yang menariknya adalah saya dan kawan-kawan menjelajah kawasan menteng dan mengunjungi gudung-gedung bersejarah yang terdapat di kwasan Menteng, perjalanan di mulai dari gedung Djoeang 45, Masjid Cut Mutia, gedung Exs Imigrasi(Budha Bar) diteruskan menuju Kediaman A. H. Nasution yang sekarang menjadi museum A. H. Nasution dan berakhir di bekas rumah Laksamana Madya Tadashi Maida yang sekarang menjadi Museum Perumusan Naskah Proklamasi.
yang menarik dari kunjungan ini adalah saya dan teman-teman diajak mempelajari sejarah dengan mengunjungi langsung obsek sejarah tersebut dan hal tersebut sangat menarik (paling tidak menurut saya) berawal dari Gedung Djoeang 45 di gedung itu saya diajak untuk melihat sejarah bangsa Indonesia seolah-olah secara langsung tetapi disini saya tidak mau menceritakan sejah Indonesia karna mungkin saja bisa membuat para Pembaca mengantuk hehe, yang ingi saya ceritakan adalah perasaan dan makna sejarah yang saya dapatkan ketika mengunjungi tempat-tempat yang saya sebutkan di awal. Oke kembali ke Gedung Djoeang 45 selain menberikan saya pengetahuan tentang Sejarah Indonesia saya juga di dapat melihat Mobil dinas kepresidenan pertama di Indonesia. Iya itu adalah mobil dinas Presiden dan Wakil Presiden RI pertama yaitu Soekarno dan Mohamat Hatta, yang menariknya adalah pada Mobil Rep-1 yaitu mobil dinas presiden Soekarno ada cerita yang menurut saya menarik yaitu ketika Soekarno telah menjabat sebagai presiden beliau belum memiliki mobil dinas “masa presiden kita tidak memiliki mobil dinas” mungkin itu yang terpikirkan kaum muda padsa waktu itu sehingga muncul ide untuk merampas sebuah mobil milik pejabat Jepang. “Waw ternyata presiden pertama kita memakai mobil curian” tapi buat saya itu tidak masalah dan cukup membanggakan.
Perjalanan berlanjut setelah menggunjungi gedung Djoeang 45 kemudian masjit Cut Mutia dan gedung Eks Imigrasi saya mendatangi Museum A. H. Nasution yang dulu merupakan kediaman beliau yang menari dan membuat saya agak merinding  Museum itu dikondisikan sebagaimana ketika pecahnya peristiwa Gestapu atau gerakan September 30. Diman pada dini hari pasukan Cakrabirawa mendatangi rumah Nasution dan mermaksut menculuknya sudah pasti sangat mencekam suasana rumah tersebut, dimana terlihat beberapa patung pasukan cakrabirawa berjaga dan diruang berikutnya terdapat patung istri Nasution sedang menggendong anaknya yang masih kecil (Ade Irma) yang telah bersimpah darah dan para pasukan Cakrabirawa yang sedsang menodongkan senjata kearah istri Nasution, itu menbuat saya merinding suasana tersebut dapan  membawa imajinasi saya bagaimana keadaan pada malam tersebut belum lagi ditambah penjelasan petugas museum yang makin membangkitkan imajinasi saya tentang peristiwa tersebut. Kemudian saya dibawa ke samping bangunan dimana terdapat pavilion tembat ajudan nasution tinggal dimana terdapat patung tiga pasukan TNI yang sedang berjaga di rumah Nasution sedang berlutut ditodong senjata oleh pasukan cakrabirawa dan patung Piere A. Tendean dia adalah ajudan nasution yang akhirnya ditangkap karena pasukan cakrabirawa mengura bahwa itu adalah sosok Nasution. Naas buat Piere tendean dia ditangkap dan di bunuh di lubang buaya. Menurut petugas Museum Piere tendean sedang tidak bertugas mengawal Nasution dia sudah meminta izin untuk pulang kerumahnya karena keesokan paginya akan menikah, cukup tragis.
Persinggahan terakhir adalah Museum perumusan Naskah Proklamasi, dalam Museum ini di Gambarkan bagaimana para pendiri bangsa Indonesia saya melihat bagaimana soekarno Hatta merumuskan naskah proklamasi yang dramatisnya adalah saya membayangkan pada sekitar pukul 03.00 pagi mereka berkumpul di gedung tersebut untu merumuskan teks proklamasi bayangkan Soekarno Hatta dan para pemuda lain berusaha memproklamirkan kemeredekaan ditengah-tengah kekacauan situasi politik akibat perang yang terjadi di Asia pasifik karena jepang mengalami kekalahan besar dan akhirnya menyerah. Maka karena jepang menyerah kepada sekutu maka Indonesia akan di kuasai kembali oleh Belanda. Untuk mengantisipasi hal itu maka para pemuda mendesak Soekarno dan Hatta untuk segera memproklamirkan kemerdekaan indonesia dibawah tekan tersebut akhirnya Soekarno Hatta menyelesaikan Naskah proklamasi.
Nah sekian postingan pertama saya terimakasih kepada para pembaca